Sabtu, 08 Desember 2012

// // Tinggalkan Komentar . . .

STROBERI JUTEK NYO-NYO



Strobery Jutek Nyo-Nyo…
Saat ini aku diam , aku nggak ingin banyak komentar dengan semua sikapmu padaku. Atau sengaja mengobral rayuan maut untuk mendapatkan maksud hati ini. Aku bukan orang seperti itu; mudah mengalah dengan kenyataan. Aku hanya ingin memahamimu, setulus rasa yang tak pernah engkau anggap. Atau bahkan sengaja engkau abaikan. Karena bagimu, mungkin ini tak begitu penting.
Tapi jika suatu saat nanti aku tak peduli lagi padamu, berlari membawa rasa sakit yang telah menghujam tubukku, hingga remuk tak berbentuk. Maka kamu juga jangan banyak komentar dengan sikapku, menganggap Tuhan tak adil, menyesal atas keegoisanmu.
…dan mungkin, itulah giliranmu untuk mengerti dan memahami prasaanku selama ini atasmu…
<a href="signin.php" rel="nofollow">sign in</a>
Kalimat itu, tertulis apik pada lembar pertama catatan Icang. Laki-laki berumuran 23 tahunan, yang harus pergi atas kenyataan hidup. Bukan berlari pengecut, namun meniti kedamaian selaras dengan perputaran waktu yang tak mungkin terhenti meski terganjal apapun.
Buku kecil itu kini dipegang gadis anggun yang sering disebut Icang: Strobery Jutek Nyo-Nyo. Entahlah mengapa Icang suka dengan panggilan itu. Tapi, gadis itulah yang telah membuat Icang bermain dengan kata setiap harinya, menulisnya pada buku kecil sebagai letupan rasa. Mungkin pengabadian kisah; kisah yang akan selalu terkenang hingga masa yang tak mungkin dijamah oleh siapapun.
“ Hemmmm…” Gadis anggun itu menghelai nafas. Aliasnya terangkat dua centi. Nampaknya gadis itu mulai gelisah. Membumbungkan angan, melayang entah kemana. Tik-tak jam yang tersangkut pada dinding kamar, terdengar begitu lambat. Mengeras hingga begitu nyaring terdengar.
Gadis anggun itu mulai memutar waktu. Memasuki lorong kenangan, yang selama ini ia abaikan. Berdiri pada sebuah kisah yang menjadi kunci atas kegudahan hati Icang selama ini. Kisah di mana hari begitu lambat baginya, kisah di mana ia harus menahan senyum indahnya, menekuk pipi lentik ketekia ia senyum. Kisah di mana pertemuan Icang dengan gadis itu.
“ Kamu berapa bersaudara?” pertanyaan Icang memecah kesunyian antaranya. Semenjak berangkat tadi, meraka tak saling sapa, terdiam dan saling pandang. Gadis itu selalu memalingkan mukanya. Walau Icang selalu berusaha menggoda.
“ Enam, aku kembar.” Begitu datar jawaban gadis itu. Kemudian terdiam kembali. Kembali menyisakan kesunyian dalam mobil yang hanya ditumpangi keduanya. Icang mengantarkannya, karena ia disuruh oleh atasannya. Kembali Icang mengeryitkan dahi, merasa terabaikan.
“ Beneran kembar, wah seru dong punya saudara kembar. Cewek semua ya?” kembali Icang menghujam berbagai pertanyaan.
“ Heem. Cewek-cowok.” Sunyi lagi. Icang asal mengangguk mengiayakan. Mengigit jari, memacu sedan yang ia tumpangi kencang-kencang. Ia sengaja, menyetir agak ugal-ugalan. Dengan maksud, gadis anggun itu memperingatkannya. Namun, berlalu begitu saja. Tak ada komentar dan begitu hingga mereka sampai tujuan. Berlalu dan menyisakan sepotong rasa di hati Icang.
 Pertemuin ini bukan yang pertama kalinya, namun kisah inilah, awal cinta Icang dimulia. Kisah cinta tandus atas gadis yang ia sebut Strobery Jutek Nyo-Nyo.
*
            Strobery Jutek Nyo-Nyo…
Aku tahu, perasaan ini perasaan cinta. aku sering merasakannya. tapi, biarlah dari pada aku merasakan sakit yang pasti akan menjamahku. karena aku yakin, pasti akan berujung sama.
huh, kayak orang gila rasanya, tingkahku: menanti FB yang tak kunjung kau Komfim, sibuk lihat setatusmu, sibuk editing fotomu, sibuk membuatmu tersenyum dan segudang kesibukan lainnya. tapi, kamu hanya datar. jangankan nyapa. berlalu begitu saja.
*) night, nelangsa terus.
            Kata-kata itu, ditulis Icang setelah sebulan ia mengenal gadis anggunnya. Entah kata-kata itu yang keberapa, namun ada usaha atas cinta Icang. Usaha yang bukan hanya sekedar main-main. Kesungguhan cinta atas gadis yang ia sebut Strobery Jutek Nyo-Nyo.
            Seharian tadi, sebelum ia menuliskan kata-kata itu, Icang bersama Strobery Jutek Nyo-Nyo. Seperti biasa. Hari-hari gadis anggun itu ia habiskan di tempat magang Icang. Terasa lebih dekat bagi Icang, namun masih begitu adanya. Datar tak digubris setiap perkataan yang keluar dari bibir Icang. Alangkah pahitnya situasi seperti ini, menahan kelu atas kerinduan yang beredar pada orbit satu sisi. Nelangsanya hati Icang, berbalut kisah cinta nan semu.
            Namun kesungguhan Icang begitu indah, berpuluh jempol untuk pengorbanan yang ia lakukan, meski hingga remuk ia menahan sakit itu, namun ia tetap tersenyum. Bahkan ia tak membenci gadis anggun itu, malah ia selalu ada untuk membuat gadis itu tersenyum. Meski gadis itu tak butuh.
            Layaknya orang dilanda cinta pada umumnya. Icangpun begitu, tak henti-hentinya ia berkorban untuk gadisnya; sesepele apapun permintaan itu, Icang menurutinya. Dari mengantarkannya, jika gadis itu butuh seorang supir, menjaga barang kesangannya, menuruti permintaannya. Hingga, Icang harus berusaha menyukai apa yang disukai gadis itu: mulai kartun Inuyasha yang rajin ia download sekarang, kartu ouran dan segudang kartun kesukan Strobery Nyo-Nyonya. Sedikitpun Icang tak pernah untuk tidak ketika gadis anggun itu minta bantuannya.
            “ Mas, besok anterin ya.” Memberikan kunci mobil, sembari berjalan.
            “ Iya Nyo-Nyo, jam berapa? Siapa aja? Kemana?”
            Gadis itu hanya nyengir, memasang headphone tak menggubris pertanyaan Icang. Berlalu dan duduk di ruang tengah sembari online. Icang hanya menelan ludah, dahinya terlipat tiga. Dicuekin lagi ni, sakitnya.
            “ Mas, tolong downloadkan Inuyasha, episode selanjutnya ya.? Teriak gadis itu dari ruangan tengah. “ Ouran juga ya, kemaren yang episode 27 nggak bias diputar. Cariin yang barunya.”
            “ Iya.” Lesu Icang memberi jawaban itu.
            “ Kok nggak ikhlas gtu sih mas, jawabnya.” Sahut gadis anggun itu.
            “ Iya, Nyo-Nyo…Ikhlas, bawel baget sih.” Nada Icang meninggi. Icang mulai mencari-cari, link downloadpun berputar kecang. Demi menuruti dambaan hatinya.
            Dua jam berlalu, 10 episode didapat. Lima episode untuk Inuyasha, selebihnya Ouran. Cukuplah untuk membuat gadis Nyo-Nyonya tersenyum. Karena hanya itu yang dinanti Icang. Senyum indah dari gadis pujaannya. Selebihnya, mustahil untuk mendapatkan gadis itu. Bagaimana tidak. Icang hanya lelaki sederhana jauh dari harapan gadis anggun itu. Bolehlah dikata mimpi, jika Icang berhasil dapetin, meski usahnya mati-matianpun.
*
            “ Mas, Mas Icang kemana, kok nggak kelihatan.”
            “ Icang sudah tak lagi di sini.” Jawab Mamad, temen Icang datar.
            “ Lho kemana? Kapan kembali.” Wajah gadis itu mulai merah.
            “ Nggak tahu, nggak akan pernah kembali.”
            “ Yang benar mas, ditanya serius kok.”
            “ Beneran, dia pulang ke asalnya.”
            “ Kok nggak ngomong sama aku.” Semakin merah muka gadis anggun itu.
            “ Bukannya kamu nggak pernah peduli sama dia, bukannya kamu selalu cuekin dia, bukannya…bukannya…” keduanya saling diam. “ Dia hanya ingin memahamimu, mengapa kau tega menafikan dia. Ni ada titipan buatmu.” Gadis itu hanya tertunduk menyabet buku kecil titipan Icang, kemudian berlalu.
            Tik-tak jam diding semakin nyaring saja terdengar. Sunyinya malam membalut seluruh kegundahan. Mata gadis anggun itu malai basah. Dibukanya lembar terakhir buku kecil itu. Dipandangnya lamat-lamat. Air matanya semakin deras:
           
            Strobery Jutek Nyo-Nyo…
orang tak akan mati, meski dicuekin seumur hidup. paling banter ya sakit hati doang. kalau ada yang gantung diri, minum racun tikus, iseng loncat dari atas tower, menghempaskan diri ke kereta karena dicuekin, atau karena patah hati, atau bahkan cinta tak terbalas. itu pandir namanya.
Cari kesibukan lain ah, biar ngak keinget terus. gila lama-lama kalau dibiarin berlarut-larut. Hidup juga tak akan berhenti kok meski kamu acuhin diriku. bumi juga akan tetap berutar. dan aku yakin, rasa ini juga akan ikut tergilas bersama waktu.
Strobery Jutek Nyo-Nyo…
Kau tetap di hatiku; takkan ada yang berubah: takkan ada yang mampu menghilangkan sebuah kenangan, takkan pergi dari hati  ^_^
*) siang, siang, siang. ngobatin rindu semu
            Tik-tak jam dinding semakin memekak, tak lagi nyaring, semuanya telah sirna. Gadis itu hanya menangis tersedu. Memeluk buku kecil itu sembari menghempaskan tubuhnya. Bagaimana mungkin waktu dapat diputar. Bagaimana mungkin kenangan bisa kembali diulang. Tak mungkin. Ini dunia nyata, bukan sekedar film. Jika rindu dengan adekan tertentu, maka dapat diprevious.
“ Semua salahku. Padahal aku tahu, selama ini ia begitu baik, lelaki yang memendam merahnya cinta seumur-umur sampai harus mengada dalam wujud yang sangat terlambat kukenali.” (***)
Jombang, Desember 2012

0 komentar:

Posting Komentar