Strobery Jutek Nyo-Nyo…
Saat ini aku
diam , aku nggak ingin banyak komentar dengan semua sikapmu padaku. Atau
sengaja mengobral rayuan maut untuk mendapatkan maksud hati ini. Aku bukan
orang seperti itu; mudah mengalah dengan kenyataan. Aku hanya ingin memahamimu,
setulus rasa yang tak pernah engkau anggap. Atau bahkan sengaja engkau abaikan.
Karena bagimu, mungkin ini tak begitu penting.
Tapi jika suatu
saat nanti aku tak peduli lagi padamu, berlari membawa rasa sakit yang telah
menghujam tubukku, hingga remuk tak berbentuk. Maka kamu juga jangan banyak
komentar dengan sikapku, menganggap Tuhan tak adil, menyesal atas keegoisanmu.
…dan mungkin,
itulah giliranmu untuk mengerti dan memahami prasaanku selama ini atasmu…
<a href="signin.php" rel="nofollow">sign in</a>
<a href="signin.php" rel="nofollow">sign in</a>
Kalimat itu,
tertulis apik pada lembar pertama catatan Icang. Laki-laki berumuran 23
tahunan, yang harus pergi atas kenyataan hidup. Bukan berlari pengecut, namun
meniti kedamaian selaras dengan perputaran waktu yang tak mungkin terhenti
meski terganjal apapun.
Buku kecil itu
kini dipegang gadis anggun yang sering disebut Icang: Strobery Jutek Nyo-Nyo.
Entahlah mengapa Icang suka dengan panggilan itu. Tapi, gadis itulah yang telah
membuat Icang bermain dengan kata setiap harinya, menulisnya pada buku kecil
sebagai letupan rasa. Mungkin pengabadian kisah; kisah yang akan selalu
terkenang hingga masa yang tak mungkin dijamah oleh siapapun.
“ Hemmmm…”
Gadis anggun itu menghelai nafas. Aliasnya terangkat dua centi. Nampaknya gadis
itu mulai gelisah. Membumbungkan angan, melayang entah kemana. Tik-tak jam yang
tersangkut pada dinding kamar, terdengar begitu lambat. Mengeras hingga begitu
nyaring terdengar.
Gadis anggun
itu mulai memutar waktu. Memasuki lorong kenangan, yang selama ini ia abaikan.
Berdiri pada sebuah kisah yang menjadi kunci atas kegudahan hati Icang selama
ini. Kisah di mana hari begitu lambat baginya, kisah di mana ia harus menahan
senyum indahnya, menekuk pipi lentik ketekia ia senyum. Kisah di mana pertemuan
Icang dengan gadis itu.
“ Kamu berapa bersaudara?”
pertanyaan Icang memecah kesunyian antaranya. Semenjak berangkat tadi, meraka
tak saling sapa, terdiam dan saling pandang. Gadis itu selalu memalingkan
mukanya. Walau Icang selalu berusaha menggoda.
“ Enam, aku
kembar.” Begitu datar jawaban gadis itu. Kemudian terdiam kembali. Kembali
menyisakan kesunyian dalam mobil yang hanya ditumpangi keduanya. Icang
mengantarkannya, karena ia disuruh oleh atasannya. Kembali Icang mengeryitkan
dahi, merasa terabaikan.
“ Beneran
kembar, wah seru dong punya saudara kembar. Cewek semua ya?” kembali Icang
menghujam berbagai pertanyaan.
“ Heem.
Cewek-cowok.” Sunyi lagi. Icang asal mengangguk mengiayakan. Mengigit jari,
memacu sedan yang ia tumpangi kencang-kencang. Ia sengaja, menyetir agak
ugal-ugalan. Dengan maksud, gadis anggun itu memperingatkannya. Namun, berlalu
begitu saja. Tak ada komentar dan begitu hingga mereka sampai tujuan. Berlalu dan
menyisakan sepotong rasa di hati Icang.
Pertemuin ini bukan yang pertama kalinya,
namun kisah inilah, awal cinta Icang dimulia. Kisah cinta tandus atas gadis
yang ia sebut Strobery Jutek Nyo-Nyo.
*
Strobery
Jutek Nyo-Nyo…
Aku tahu,
perasaan ini perasaan cinta. aku sering merasakannya. tapi, biarlah dari pada
aku merasakan sakit yang pasti akan menjamahku. karena aku yakin, pasti akan
berujung sama.
huh, kayak orang gila rasanya, tingkahku: menanti FB yang tak kunjung kau Komfim, sibuk lihat setatusmu, sibuk editing fotomu, sibuk membuatmu tersenyum dan segudang kesibukan lainnya. tapi, kamu hanya datar. jangankan nyapa. berlalu begitu saja.
huh, kayak orang gila rasanya, tingkahku: menanti FB yang tak kunjung kau Komfim, sibuk lihat setatusmu, sibuk editing fotomu, sibuk membuatmu tersenyum dan segudang kesibukan lainnya. tapi, kamu hanya datar. jangankan nyapa. berlalu begitu saja.
*) night, nelangsa terus.
Kata-kata
itu, ditulis Icang setelah sebulan ia mengenal gadis anggunnya. Entah kata-kata
itu yang keberapa, namun ada usaha atas cinta Icang. Usaha yang bukan hanya
sekedar main-main. Kesungguhan cinta atas gadis yang ia sebut Strobery Jutek Nyo-Nyo.
Seharian
tadi, sebelum ia menuliskan kata-kata itu, Icang bersama Strobery Jutek
Nyo-Nyo. Seperti biasa. Hari-hari gadis anggun itu ia habiskan di tempat magang
Icang. Terasa lebih dekat bagi Icang, namun masih begitu adanya. Datar tak
digubris setiap perkataan yang keluar dari bibir Icang. Alangkah pahitnya
situasi seperti ini, menahan kelu atas kerinduan yang beredar pada orbit satu
sisi. Nelangsanya hati Icang, berbalut kisah cinta nan semu.
Namun
kesungguhan Icang begitu indah, berpuluh jempol untuk pengorbanan yang ia
lakukan, meski hingga remuk ia menahan sakit itu, namun ia tetap tersenyum.
Bahkan ia tak membenci gadis anggun itu, malah ia selalu ada untuk membuat
gadis itu tersenyum. Meski gadis itu tak butuh.
Layaknya
orang dilanda cinta pada umumnya. Icangpun begitu, tak henti-hentinya ia
berkorban untuk gadisnya; sesepele apapun permintaan itu, Icang menurutinya.
Dari mengantarkannya, jika gadis itu butuh seorang supir, menjaga barang kesangannya,
menuruti permintaannya. Hingga, Icang harus berusaha menyukai apa yang disukai
gadis itu: mulai kartun Inuyasha yang rajin ia download sekarang, kartu ouran
dan segudang kartun kesukan Strobery Nyo-Nyonya. Sedikitpun Icang tak pernah
untuk tidak ketika gadis anggun itu minta bantuannya.
“
Mas, besok anterin ya.” Memberikan kunci mobil, sembari berjalan.
“
Iya Nyo-Nyo, jam berapa? Siapa aja? Kemana?”
Gadis
itu hanya nyengir, memasang headphone tak menggubris pertanyaan Icang. Berlalu
dan duduk di ruang tengah sembari online. Icang hanya menelan ludah, dahinya
terlipat tiga. Dicuekin lagi ni, sakitnya.
“
Mas, tolong downloadkan Inuyasha, episode selanjutnya ya.? Teriak gadis itu
dari ruangan tengah. “ Ouran juga ya, kemaren yang episode 27 nggak bias
diputar. Cariin yang barunya.”
“
Iya.” Lesu Icang memberi jawaban itu.
“
Kok nggak ikhlas gtu sih mas, jawabnya.” Sahut gadis anggun itu.
“
Iya, Nyo-Nyo…Ikhlas, bawel baget sih.” Nada Icang meninggi. Icang mulai
mencari-cari, link downloadpun berputar kecang. Demi menuruti dambaan hatinya.
Dua
jam berlalu, 10 episode didapat. Lima episode untuk Inuyasha, selebihnya Ouran.
Cukuplah untuk membuat gadis Nyo-Nyonya tersenyum. Karena hanya itu yang
dinanti Icang. Senyum indah dari gadis pujaannya. Selebihnya, mustahil untuk
mendapatkan gadis itu. Bagaimana tidak. Icang hanya lelaki sederhana jauh dari
harapan gadis anggun itu. Bolehlah dikata mimpi, jika Icang berhasil dapetin,
meski usahnya mati-matianpun.
*
“ Mas, Mas Icang
kemana, kok nggak kelihatan.”
“ Icang sudah tak
lagi di sini.” Jawab Mamad, temen Icang datar.
“ Lho kemana?
Kapan kembali.” Wajah gadis itu mulai merah.
“ Nggak tahu,
nggak akan pernah kembali.”
“ Yang benar mas,
ditanya serius kok.”
“ Beneran, dia
pulang ke asalnya.”
“ Kok nggak
ngomong sama aku.” Semakin merah muka gadis anggun itu.
“
Bukannya kamu nggak pernah peduli sama dia, bukannya kamu selalu cuekin dia,
bukannya…bukannya…” keduanya saling diam. “ Dia hanya ingin memahamimu, mengapa
kau tega menafikan dia. Ni ada titipan buatmu.” Gadis itu hanya tertunduk
menyabet buku kecil titipan Icang, kemudian berlalu.
Tik-tak
jam diding semakin nyaring saja terdengar. Sunyinya malam membalut seluruh
kegundahan. Mata gadis anggun itu malai basah. Dibukanya lembar terakhir buku
kecil itu. Dipandangnya lamat-lamat. Air matanya semakin deras:
Strobery
Jutek Nyo-Nyo…
orang tak akan
mati, meski dicuekin seumur hidup. paling banter ya sakit hati doang. kalau ada
yang gantung diri, minum racun tikus, iseng loncat dari atas tower, menghempaskan
diri ke kereta karena dicuekin, atau karena patah hati, atau bahkan cinta tak
terbalas. itu pandir namanya.
Cari kesibukan
lain ah, biar ngak keinget terus. gila lama-lama kalau dibiarin berlarut-larut. Hidup juga tak akan berhenti kok meski
kamu acuhin diriku. bumi juga akan tetap berutar. dan aku yakin, rasa ini juga
akan ikut tergilas bersama waktu.
Strobery Jutek Nyo-Nyo…
Kau tetap di
hatiku; takkan ada yang berubah: takkan ada yang mampu menghilangkan sebuah
kenangan, takkan pergi dari hati ^_^
*) siang, siang, siang. ngobatin
rindu semu
Tik-tak
jam dinding semakin memekak, tak lagi nyaring, semuanya telah sirna. Gadis itu
hanya menangis tersedu. Memeluk buku kecil itu sembari menghempaskan tubuhnya.
Bagaimana mungkin waktu dapat diputar. Bagaimana mungkin kenangan bisa kembali
diulang. Tak mungkin. Ini dunia nyata, bukan sekedar film. Jika rindu dengan
adekan tertentu, maka dapat diprevious.
“ Semua salahku. Padahal aku tahu, selama ini ia begitu baik,
lelaki yang memendam merahnya cinta seumur-umur sampai harus mengada dalam
wujud yang sangat terlambat kukenali.” (***)
Jombang,
Desember 2012
0 komentar:
Posting Komentar