Saat Tuhan Cemburu
Hampir
setiap senin pagi, saya selalu menyempatkan diri membaca rubrik Manufacturing
Hope di jawa pos, yakni sebuah catatan dari Dahlan Iskan, mantan CEO Jawa Pos yang
sekarang menjadi menteri BUMN. Kalau sampai siang saya belum ketemu dengan
koran jawa pos, maka saya sampai harus browsing Mbah Google, hanya demi untuk
bisa membaca rubrik Manufacturing Hope-nya Jawa Pos.
Pertanyaannya,
kanapa saya sampai bisa seantusias itu dengan Manufacturing Hope-nya Jawa Pos?
Bisa jadi karena sejak awal saya memang sudah kasmaran dengan gaya tulis Dahlan
Iskan yang polos, mengalir, dan sederhana. Serta daya ungkapnya yang
menyejukkan, menjernihkan, dan penuh motifasi. Sehingga rubrik Manufactoring Hope,
bagi saya menjadi semacam oase di tengah padang pasir kehidupan.
Seminggu
yang lalu, Safi’ul Karim, kordinator jurnalistik Komunitas KOMA Bahrul Ulum
meminta saya untuk ikut menyumbangkan tulisan buat newslater KOMA, yang sudah
memasuki edisi kesekian kalinya dan hanya “Merajut Asa” ini yang mampu saya persembahkan.
Mungkin tidak akan sehebat Manufacturing Hope-nya Dahlan Iskan, tapi saya tetap
berharap semoga “Merajut Asa” ini bisa menjadi bukti cinta saya kepada Komunitas
KOMA Bahrul Ulum, yang telah menemaniku belajar tentang banyak hal.
Masih
terekam jelas dalam memoriku, kejadian sekitar lima tahun yang lalu, tepatnya
dini hari tanggal 14 februari 2007. Saat itu, saya, Alib, Kupang, Maksum, dan
beberapa kawan lain yang sedang ngelembur bikin mading dengan bahan dan
peralatan tang serba terbatas. Namun, Alhamdulillah menjelang adzan subuh,
sebuah mading berukuran 1 x 1,5 meter dengan background gambar hati yang retak,
telah mampu kami selesaikan dan hal itu menjadi penanda kelahiran komunitan
KOMA Bahrul Ulum..
Dan
kini setelah hampir lima tahun berjalan, saya mengamati langkah-langkah
komunitas KOMA yang sering kali membuat Tuhan cemburu dan di saat Tuhan
cemburu, cubitan-cubitan cinta dari Tuhan, mau tidak mau harus KOMA rasakan. Namun,
Alhamdulillah cubitan-cubitan cinta itu tidak lantas membuat KOMA menyerah.
Justru cubitan-cubitan itu telah membuat KOMA semakin dewasa.
Apa
bukti nyata cubitan-cubitan cinta dari Tuhan untuk KOMA? Semoga masih ada News
Letter KOMA e.d.c berikutnya yang akan mengungkapkannya. Ha ha ha … JJJ
Pokok’e,
untuk dulur KOMA semua di manapun berada Antum Rijaalul Yaum, Qoodimull Qhod.
Waullaahhu A’lam
Kampung KOMA., 11 Oktober
2012
B.S Alhamd
0 komentar:
Posting Komentar